Makan bukan sekadar persoalan memasukkanmakanan ke mulut. Selain harus memerhatikan pilihan menu, makan jugamembutuhkan perhitungan durasi ideal. Kebiasaan makan terburu-buru atau terlalulambat memiliki efek buruk bagi tubuh.
Sejumlah studi memperlihatkan bahwa selainmembuat usus bekerja lebih berat, karena makanan tak terkunyah sempura, makanterburu-buru juga meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.
Mengunyah terlalu cepat akan meningkatkankuantitas gula dalam darah. Ini membuat seseorang yang terbiasa makan cepatcenderung mengembangkan gangguan toleransi glukosa yang dikenal sebagaipra-diabetes.
Bagaimana dengan risiko obesitas? Ini terkaitkerja otak yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menangkap sinyal perutsudah penuh. Asumsinya, makan cepat tak sampai 20 menit cenderung membuat orangmenambah porsi makan, sampai otak menyadari perut sudah kenyang.
Sementara itu, makan terlalu lama juga tidakbaik. Ini biasanya menimpa sejumlah pekerja kantor yang tengah berhadapandengan pekerjaan menumpuk atau dikejar deadline. Mereka yang kemudian memilihmakan sambil bekerja.
Mengunyah makanan sambil mengetik,mondar-mandir mengambil barang, atau menelepon. Yang seharusnya bisamenandaskan makanan di piring dalam 15 menit, akhirnya baru menyelesaikanmakannya hingga lebih satu jam.
Makan yang terlalu lama tak hanya membuat rasamakanan berubah, tapi membuat tubuh tidak akan menyerap kandungan nutrisi dalammakanan dengan sempurna. Bahkan, kebiasaan itu bisa mengganggu saluranpencernaan.
Sebab, mengunyah makanan dalam kondisi taktenang atau stres akan membuat enzim-enzim pencernaan tidak bisa bekerja baik.
Brigid McKevith, ahli nutrisi dari BritishNutrition Foundation, mengingatkan bahwa kebiasaan makan yang salah dapatmemicu gangguan kesehatan. Dan melihat kemampuan otak merespons kenyang, 20menit adalah durasi ideal untuk menghabiskan seporsi makanan.
"Yang penting, kenali kebiasaan-kebiasaanburuk Anda, jangan sampai menjadi gaya hidup sehari-hari," katanya,seperti dikutip dari Daily Mail.